Menolong
Tanpa Pamrih
Pada zaman dahulu, di hutan belantara nun jauh disana hiduplah seekor kera kecil yang
tinggal di sebuah pohon Jati besar. Disana ia hanya hidup sebatang kara, taka
da satu pun teman yang menemani ia di pohon itu.
Suatu
ketika, ia pergi turun dari rumah pohonnya untuk sekedar mencari dan
mengumpulkan persedian makanan. Dengan riangnya ia mulai mencari kesana kemari,
melihat kesana kesini berharap menemukan sesuatu yang dapat dijadikan makan.
Dari terbit fajar hingga siang hari ia terus menerus mencari persediaan makanan
yang dibutuhkannya. Karena sudah terlalu lama dan tak terasa sudah jauh ia
mencari, akhirnya ia pun duduk bersandar pada bebatuan untuk melemaskan
otot-otot kaki serta tangannya yang sudah mulai letih. Di tengah peristirahatannya,
samar-samar ia mendengar rintihan kesakitan dari kejauhan. Pada awalnya ia tak
menghiraukannya, namun semakin lama terdengar jelas dan ia pun bergegas menuju
sumber dari suara tersebut. Sang kera pun terus bergelantungan dan berloncatan
dari dahan ke dahan menuju sumber suara tersebut.
Hingga
tak lama kemudian ia melihat seekor singa yang sedang merintih menahan sakit
sambil merebahkan diri di bawah pepohonan. Seketika sang kera pun turun untuk
menanyakan apa yang terjadi “hai Singa, kau kenapa ? apa yang terjadi” Tanya si
kera. Lalu sang singa pun menjawab “kkaa..kkaki ku terkilir akar-akar besar
itu”. Lalu sang kera bertanya “mengapa kau bias terkilir ?”. sang singa
menjawab “aku tak melihat akar-akar itu saat aku sedang berlari tadi”.
Tanpa
fikir panjang, sang kera pun menolong singa tersebut dengan memeriksa luka pada
kakinya, lalu ia pergi untuk mencari dedaunan obat serta air untuk sang singa.
Sang singa pun menunggu dengan sabar sembari terus menerus merintih kesakitan.
Hingga
pada akhirnya, sang kera pun kembali dengan membawa beberapa tanaman obat
ditangannya dan sedikit air yang ia taruh di cawan dari daun untuk sang singa.
Tanpa berlama-lama, tangan mungilnya pun mulai meracik obat dari bahan-bahan
yang dibawanya. Setelah selesai ia pun mencoba memijit dan melumuri kaki singa
tersebut sedikit demi sedikit.
Sang
signa pun meraum keras karena tak kuasa menahan rasa sakitnya. “AARRGGHH..”
rauman sang singa yang kesakitan. “Kera, tolong jangan kau tekan memar di kaki
ku ini” mohon sang singa. Namun sang kera tak menghiraukannya dan terus
melumuri kaki singa dengan ramuan yang ia buat. Tak lama, kera pun selesai
dengan tugasnya dan menyuruh singa untuk istirahat sejenak. “ok singa, kaki mu
telah ku lumuri dengan ramuan alami, sekarang kau hanya perlu untuk istirahat
sejenak agar obatnya bekerja dengan sempurna” perintah sang kera. Singa pun
menurut apa yang dikatakan oleh kera.
tak
terasa hari sudah semakin sore, dan sang kera pun belum juga mendapatkan apa
yang cari. Namun semua itu seakan sudah dilupakannya karena ia sibuk untuk
menolong sang singa yang sedang didera musibah. Saat menjelang malam, mereka
pun sampai di rumah sang singa lalu sang kera pun berpamitan pada sang singa
untuk kembali pulang kerumah pohonnya. Sang singan yang sudah merasa baikan
karena ramuan yang diberikan oleh sang kera pun mengizinkan kera untuk pulang. “Hei
kera, terima kasih banyak atas bantuan mu, aku tidak tahu apa yang terjadi
nanti jika kau tak dating. Mungkin aku akan terjebak disini karena tak dapat
berjalan” ucap Singa. Lalu kera menjawab “tidak apa-apa, sesame makhluk kita
harus saling membantu”. “kau sangat baik, sebagai imbalannya bawalah sebagian
dari buah-buahan yang aku bawa ini” ucap singa. “tidak, aku menolong mu ikhlas
tanpa pamrih” jawab kera. “tidak apa-apa, aku hanya ingin memberikan ini pada
mu” ucap singa.
Dan
pada akhirnya, mereka pun makan bersama dikediaman sang singa. Mereka saling
tertawa bersama dan terlihat bahagia karena sang singa kembali pulih dari
cideranya.
“Pesan yang terkandung
dari dongeng di atas adalah, siapapun orangnya, dari mana pun asalnya, selagi
kita di bumi yang sama tidak ada salahnya kita untuk saling tolong menolong. Yang
terpenting ialah kita harus ikhlas setulus hati dalam menolong, karena itu pasti
akan membawa kebaikan untuk kita dan orang lain.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar